Hai, aku Intan
Ini
adalah tulisan pertama ku di tahun 2020, wah sudah tahun 2020 saja ya. Waktu begitu
cepat saja. Kali ini aku akan berbagi kisah tentang sahabat/ mungkin bias dibilang
mantan sahabat. Pasti terdengar agak asing karna sebagian orang jika
berteman selama nya dialah teman nya walaupun berbagai macam masalahnya. Tapi itu
lain dengan ku aku menggangap jika dia tidak baik untuk ku, merugikan ku, menyakitiku,
oke cukup disitu kita berteman selepasnya jangan berhubungan lagi dengan ku,
mungkin orang berfikir aku orang nya kaku banget atau gak mau memaafkan masalah
orang. Aku orang nya lurus aja sekali dua kali oke, jika dia salah aku mencoba
memahaminya dan mencoba memaafkannya, tapi ini sangat- sangat lah fatal bagiku.
Di
tahun 2016 aku masuk sebagai mahasiswa baru di salah satu universitas negeri di
kota Pekanbaru, Riau. Awal aku masuk aku sangat dekat dengan salah satu teman
wanita, sangking dekatnya aku dengan nya aku tak segan- sengan untuk sering
kerumah nya, sampai suatu ketika aku membawa orang tua ku untuk berkunjung
kerumahnya, sekedar untuk bersilahturahmi saja. Dari situ hubungan kami sangat-
sangat lah dekat. Semua masalah ku dan masalah nya aku tahu semua. Kami sering
bertukar cerita, pendapat dan semua berjalan dengan baik dan Bahagia. Hingga masalah
terjadi muncul, awalnya aku memendam rasa karena semenjak bertemannya banyak
sekali hal- hal yang ku anggap gak normal itu dia anggap normal dan itu terjadi
dengannya, awal nya aku berpikir positif karena dia anak kota, apalah daya aku
yang dari kampung ini. Aku mulai resah saat setiap hari aku selalu menjemput dan
mengantar setiap dia ke kampus, alasannya tidak ada kendaraan di rumah, aku
maklumi saja karena memang anak mamak nya banyak dan kendaraan di rumah hanya
2. Setelah itu resah ku semakin menjadi- jadi saat aku merasa yang bayar dia
makan siang itu selalu aku, awalnya aku memang yang beriktikat baik untuk yang
mentraktir tapi gak setiap hari dong pikir ku. Dan akhirnya setelah banyak
kejadian- kejadian yang seharusnya aku menyadari dari awal itu merupakan bukan
pertemanan yang tidak sehat, akhirnya aku memuncak setelah kejadian Fotokopi
buku, yah memang terkesan aneh hanya fotokopi buku.
Di
siang hari yang terik setelah kami selesai mata kuliah, salah satu sipen mata
kuliah tersebut berteriak “wee, kita di suruh fotokopi buku ini tebel bgt njirr
“. Teman- teman lain menyeletuk “ aku nitip we yang mau fotokopi”, karena
banyak banget yang nitip. Akhirnya teman aku ini dia menawarkan dirinya untuk
yang memegang kendali fotokopian buku itu, aku sudah memprediksi ibasnya ke
aku. Dan itu terbukti benar, dia meminta ku mengantarkan ketempat fotokopian
lalu meminjam uang aku untuk sebagai pembayaran awal buku itu, dan parah nya
lagi aku yang mengambil buku tersebut ke fotokopian yang sebanyak itu tidak bias
aku bawa dengan menggunakan sepeda motor. Awalnya aku bersabar, namun aku mulai
marah dengannya setelah aku mengetahui bahwa teman- teman dikelas sudah
membayarnya lunas, dan harga yang di patok rupanya lebih mahal dari harga
aslinya, perihal itu aku tak peduli, yang aku pedulikan adalah uang aku tidak
di kembalikan oleh nya sudah 3 bulan sejak pembayaran. Aku sebagai mahasiswa
perantauan dan ngekos tentu sangat membutuhkan uang tersebut.
Akhirnya
aku mulai muak dan kesal dengannya karena itu uang amat besar bagiku, dan ia
tak kunjung membayarnya. Aku mulai menjauhinya dan mengacuhkannya, setelah berapa
lama dia merasa. Dan ketika itu waktu habis ujian semester aku ingat, aku di
kumpulkan oleh salah satu teman aku, lalu kami duduk di bawah pohon depan
jurusan disana, dia menangis dan meminta maaf perihal uang itu, dia beralasan
uangnya di curi, dan aku tidak mudah percaya, karena dia mempunyai keuntungan
dari hasil fotokopian itu banyak setengah dari nilai uang yang di pinjamnya
dariku, kemudian dia berjanji akan mengembalikan uang itu secepatnya, waktu pun
berjalan dia mulai mengansur- ansur. Namun aku melakukan kesalahan aku lupa
mencatat uang- uang yang dia berikan padauk, hingga jumlahnya tidak jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar