Minggu, 19 Januari 2020

Cetan part 2


Part 2


              Hai mantan sahabat, di sepanjang kenangan yang telah kita ukir aku bersyukur bisa mengenalmu, hujan panas, asin pahit dan manis aku rasakan. Walaupun diakhir cerita kita tidak akan Bersama, aku memutuskan diri menjauhi mu, bukannya aku sombong atau tak tau diri. Ini diriku aku yang mengetahui betul diriku. Berbagai masalah yang terjadi bagaikan hujan rintik rintik di malam yang syahdu memecahkan kerinduan yang ada di hatiku. Ketika aku mengingat kejadian- demi kejadian itu, aku kesal, sedih dan tidak percaya kamu seperti itu, sedih yang kurasa hingga nafas ini sesak untuk menghirup oksigen yang ada di udara.

              Kamu bukan orang yang aku kenal, bagaikan menuai boomerang bagiku tentang sifat aslimu. Dulu kamu periang sekarang kamu kasar, dari tulang pipimu yang kau gambarkan emosi yang tidak dapat terbendung. Bicara mu juga kasar, bagaikan silet yang menyayat kulit yang tipis ini bagi orang yang merasakannya. Kamu egois, bukan aku yang mengatakannya, tapi orang- orang yang ada di sekeliling ku yang mengutarakannya,egois mu mengalahkan perasaan mu hingga perasaan orang lain. Kamu tidak bertanggung jawab, kenangan ini selalu ku ingat saat kamu ada di posisi penting suatu organisasi tapi hilang entah kemana.

              Intinya kamu bukan sabahat ku yang dulu, kamu selalu mengatas nama kan seluarga di setiap masalah, bukan sok menggurui kita semua pasti punya masalah keluarga namun tergantung kita bias menyelesaikan itu semua. Kini sudah hancur berderai hatiku, kuncup yang ada di hatiku sudah hancur berkeping- keeping saat aku tak mempercayaimu lagi membuat kesedihan berantai saat aku bertemu atau bertatapan dengan mu.

              Segala amarah ku, kebencian ku kubur dalam- dalam hingga aku hanya bersikap menjauh darimu. Ketika itu aku banyak terpukau dengan mu dengan segala bentuk kelebihanmu, namun aku sadar itu hanya tipu daya nya saja tersentuh hati dalam keharuan setelah aku mengetauhi apa yang terjadi. Kini semua orang menjauhi mu, dan aku melihat itu kamu seorang diri dengan memasang wajah tabah dan membalut lukamu sendiri dengan pontang panting kesana kemari mencari orang yang mau dengan mu. Miris aku melihatmu, tapi ini semua sudah diluar kuasa ku, aku tidak bertanggung jawab  terhadap hidup nya. Untuk apa aku membela orang yang sudah membuat air mata berantai ku terus menerus keluar menatapi dirimu yang tak seperti dulu lagi.

              Kini saat aku keluar dari zona nyaman ku, tiba -tiba kau datang dengan air matamu dan menceritakan masalah mu yang tak ingin ku dengar, aku binggung harus menganggapi mu atau menjauh dan akhirnya aku memutuskan untuk menjauh, sudah cukup hubungan ku dengannya kau tak mau lagi mengukir cerita indah atau sedih di lembar kertas yang suci, hidup ku hanya sekali yang tak ingin aku nodai dengan cerita sedih dengan mu. Dan terimakasih mantan sabahatku, kini aku tau diriku sendiri dan membuatku dapat belajar untuk tidak tergantung dengan orang lain, jangan terlalu dekat atau mempercayai orang baru, tidak terlalu baik terhadap orang baru. Aku belajar bagaimana dapat keluar dari zona nyaman ku, mencoba mencari teman baru yang ternayata aku bias mendapatkan lebih dari orang baru, kini duniaku sudah tentram, kini akum au lebih mengenal diriku sendiri mencoba lebih baik dan tentunya aku ingin ada di atas mu, untuk membuktikan dan ketikan bertemu akan dapat mengatakan
“ Hai mantan sahabat kini aku baik- baik saja”.

Sabtu, 18 Januari 2020

Cetan part 1



Hai, aku Intan
              Ini adalah tulisan pertama ku di tahun 2020, wah sudah tahun 2020 saja ya. Waktu begitu cepat saja. Kali ini aku akan berbagi kisah tentang sahabat/ mungkin bias dibilang mantan sahabat. Pasti terdengar agak asing karna sebagian orang jika berteman selama nya dialah teman nya walaupun berbagai macam masalahnya. Tapi itu lain dengan ku aku menggangap jika dia tidak baik untuk ku, merugikan ku, menyakitiku, oke cukup disitu kita berteman selepasnya jangan berhubungan lagi dengan ku, mungkin orang berfikir aku orang nya kaku banget atau gak mau memaafkan masalah orang. Aku orang nya lurus aja sekali dua kali oke, jika dia salah aku mencoba memahaminya dan mencoba memaafkannya, tapi ini sangat- sangat lah fatal bagiku.

              Di tahun 2016 aku masuk sebagai mahasiswa baru di salah satu universitas negeri di kota Pekanbaru, Riau. Awal aku masuk aku sangat dekat dengan salah satu teman wanita, sangking dekatnya aku dengan nya aku tak segan- sengan untuk sering kerumah nya, sampai suatu ketika aku membawa orang tua ku untuk berkunjung kerumahnya, sekedar untuk bersilahturahmi saja. Dari situ hubungan kami sangat- sangat lah dekat. Semua masalah ku dan masalah nya aku tahu semua. Kami sering bertukar cerita, pendapat dan semua berjalan dengan baik dan Bahagia. Hingga masalah terjadi muncul, awalnya aku memendam rasa karena semenjak bertemannya banyak sekali hal- hal yang ku anggap gak normal itu dia anggap normal dan itu terjadi dengannya, awal nya aku berpikir positif karena dia anak kota, apalah daya aku yang dari kampung ini. Aku mulai resah saat setiap hari aku selalu menjemput dan mengantar setiap dia ke kampus, alasannya tidak ada kendaraan di rumah, aku maklumi saja karena memang anak mamak nya banyak dan kendaraan di rumah hanya 2. Setelah itu resah ku semakin menjadi- jadi saat aku merasa yang bayar dia makan siang itu selalu aku, awalnya aku memang yang beriktikat baik untuk yang mentraktir tapi gak setiap hari dong pikir ku. Dan akhirnya setelah banyak kejadian- kejadian yang seharusnya aku menyadari dari awal itu merupakan bukan pertemanan yang tidak sehat, akhirnya aku memuncak setelah kejadian Fotokopi buku, yah memang terkesan aneh hanya fotokopi buku.

              Di siang hari yang terik setelah kami selesai mata kuliah, salah satu sipen mata kuliah tersebut berteriak “wee, kita di suruh fotokopi buku ini tebel bgt njirr “. Teman- teman lain menyeletuk “ aku nitip we yang mau fotokopi”, karena banyak banget yang nitip. Akhirnya teman aku ini dia menawarkan dirinya untuk yang memegang kendali fotokopian buku itu, aku sudah memprediksi ibasnya ke aku. Dan itu terbukti benar, dia meminta ku mengantarkan ketempat fotokopian lalu meminjam uang aku untuk sebagai pembayaran awal buku itu, dan parah nya lagi aku yang mengambil buku tersebut ke fotokopian yang sebanyak itu tidak bias aku bawa dengan menggunakan sepeda motor. Awalnya aku bersabar, namun aku mulai marah dengannya setelah aku mengetahui bahwa teman- teman dikelas sudah membayarnya lunas, dan harga yang di patok rupanya lebih mahal dari harga aslinya, perihal itu aku tak peduli, yang aku pedulikan adalah uang aku tidak di kembalikan oleh nya sudah 3 bulan sejak pembayaran. Aku sebagai mahasiswa perantauan dan ngekos tentu sangat membutuhkan uang tersebut.

              Akhirnya aku mulai muak dan kesal dengannya karena itu uang amat besar bagiku, dan ia tak kunjung membayarnya. Aku mulai menjauhinya dan mengacuhkannya, setelah berapa lama dia merasa. Dan ketika itu waktu habis ujian semester aku ingat, aku di kumpulkan oleh salah satu teman aku, lalu kami duduk di bawah pohon depan jurusan disana, dia menangis dan meminta maaf perihal uang itu, dia beralasan uangnya di curi, dan aku tidak mudah percaya, karena dia mempunyai keuntungan dari hasil fotokopian itu banyak setengah dari nilai uang yang di pinjamnya dariku, kemudian dia berjanji akan mengembalikan uang itu secepatnya, waktu pun berjalan dia mulai mengansur- ansur. Namun aku melakukan kesalahan aku lupa mencatat uang- uang yang dia berikan padauk, hingga jumlahnya tidak jelas.

Ada Apa Dengan Kopi (AADK)- Cerita Kopi

Coffe & eatery di surabaya   Ada Apa Dengan Kopi (AADK) berlokasi di Jalan Tegalsari Nomor 24, Kedungdoro, Tegalsari, Surabaya, Jawa...