Part 2
Hai mantan sahabat, di
sepanjang kenangan yang telah kita ukir aku bersyukur bisa mengenalmu, hujan
panas, asin pahit dan manis aku rasakan. Walaupun diakhir cerita kita tidak
akan Bersama, aku memutuskan diri menjauhi mu, bukannya aku sombong atau tak
tau diri. Ini diriku aku yang mengetahui betul diriku. Berbagai masalah yang
terjadi bagaikan hujan rintik rintik di malam yang syahdu memecahkan kerinduan
yang ada di hatiku. Ketika aku mengingat kejadian- demi kejadian itu, aku
kesal, sedih dan tidak percaya kamu seperti itu, sedih yang kurasa hingga nafas
ini sesak untuk menghirup oksigen yang ada di udara.
Kamu
bukan orang yang aku kenal, bagaikan menuai boomerang bagiku tentang sifat
aslimu. Dulu kamu periang sekarang kamu kasar, dari tulang pipimu yang kau
gambarkan emosi yang tidak dapat terbendung. Bicara mu juga kasar, bagaikan
silet yang menyayat kulit yang tipis ini bagi orang yang merasakannya. Kamu
egois, bukan aku yang mengatakannya, tapi orang- orang yang ada di sekeliling ku
yang mengutarakannya,egois mu mengalahkan perasaan mu hingga perasaan orang
lain. Kamu tidak bertanggung jawab, kenangan ini selalu ku ingat saat kamu ada
di posisi penting suatu organisasi tapi hilang entah kemana.
Intinya
kamu bukan sabahat ku yang dulu, kamu selalu mengatas nama kan seluarga di
setiap masalah, bukan sok menggurui kita semua pasti punya masalah keluarga
namun tergantung kita bias menyelesaikan itu semua. Kini sudah hancur berderai
hatiku, kuncup yang ada di hatiku sudah hancur berkeping- keeping saat aku tak
mempercayaimu lagi membuat kesedihan berantai saat aku bertemu atau bertatapan
dengan mu.
Segala
amarah ku, kebencian ku kubur dalam- dalam hingga aku hanya bersikap menjauh
darimu. Ketika itu aku banyak terpukau dengan mu dengan segala bentuk
kelebihanmu, namun aku sadar itu hanya tipu daya nya saja tersentuh hati dalam
keharuan setelah aku mengetauhi apa yang terjadi. Kini semua orang menjauhi mu,
dan aku melihat itu kamu seorang diri dengan memasang wajah tabah dan membalut
lukamu sendiri dengan pontang panting kesana kemari mencari orang yang mau
dengan mu. Miris aku melihatmu, tapi ini semua sudah diluar kuasa ku, aku tidak
bertanggung jawab terhadap hidup nya.
Untuk apa aku membela orang yang sudah membuat air mata berantai ku terus
menerus keluar menatapi dirimu yang tak seperti dulu lagi.
Kini
saat aku keluar dari zona nyaman ku, tiba -tiba kau datang dengan air matamu
dan menceritakan masalah mu yang tak ingin ku dengar, aku binggung harus
menganggapi mu atau menjauh dan akhirnya aku memutuskan untuk menjauh, sudah
cukup hubungan ku dengannya kau tak mau lagi mengukir cerita indah atau sedih
di lembar kertas yang suci, hidup ku hanya sekali yang tak ingin aku nodai
dengan cerita sedih dengan mu. Dan terimakasih mantan sabahatku, kini aku tau
diriku sendiri dan membuatku dapat belajar untuk tidak tergantung dengan orang
lain, jangan terlalu dekat atau mempercayai orang baru, tidak terlalu baik
terhadap orang baru. Aku belajar bagaimana dapat keluar dari zona nyaman ku,
mencoba mencari teman baru yang ternayata aku bias mendapatkan lebih dari orang
baru, kini duniaku sudah tentram, kini akum au lebih mengenal diriku sendiri
mencoba lebih baik dan tentunya aku ingin ada di atas mu, untuk membuktikan dan
ketikan bertemu akan dapat mengatakan
“ Hai mantan sahabat kini aku
baik- baik saja”.